Pelecehan seksual bisa dikategorikan
tindakan kriminal. Meskipun demikian, peristiwa ini bagi sebagian orang
masih dianggap sepele. Buktinya, pelecehan seksual di tempat kerja
masih banyak dialami para perempuan. "Sebanyak 70 persen perempuan dan
45 persen pria telah mengalami beberapa bentuk pelecehan seksual di
tempat kerja," kata Amy Blackstone, sosiolog di University of Maine.
Umumnya,
si peleceh akan membuat lingkungan kerja yang bermusuhan, sehingga
korbannya merasa diintimidasi, dilecehkan atau tidak nyaman dan tidak
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Korban pelecehan seksual tak
hanya mengalami tekanan di tempat kerja, tetapi juga berisiko
mengalami banyak masalah kesehatan. Berikut adalah enam efek kesehatan
dari pelecehan seksual seperti dilansir LiveScience.com, Kamis (10/11/2011).
1. Depresi
"Korban
pelecehan seksual dapat mengalami depresi untuk jangka panjang", kata
Blackstone. Dalam sebuah penelitian terbaru terhadap 1.000 orang
remaja, Blackstone menemukan bahwa seseorang yang dilecehkan secara
seksual pada usia remaja dan usia awal 20-an dapat mengalami gejala
depresi saat berusia 30-an tahun.
"Korban
pelecehan seksual kebanyakan memiliki perasaan ragu-ragu terhadap
diri sendiri. Pada beberapa orang, keraguan diri berubah menjadi
tindakan menyalahkan diri sendiri," kata Blackstone. Tindakan
menyalahkan diri sendiri akan memiliki efek negatif bagi kesehatan
mental, termasuk memicu depresi.
2. Post-traumatic stress disorder (PTSD)
Banyak
penelitian telah menemukan hubungan antara pelecehan seksual dan
gejala pasca-traumatic stress disorder (PTSD), seperti mengalami
trauma dan menghindari orang atau hal-hal yang mengingatkan korban
pada peristiwa pelecehan.
Menurut
sebuah penelitian tahun 2009 yang dimuat di jurnal Law and Human
Behavior, perempuan di lingkungan militer yang dilecehkan secara
seksual sampai 4 kali lebih berisiko mengalami PTSD sama seperti
mengalami peristiwa traumatis dalam perang. Peneliti menemukan bahwa
pelecehan seksual secara signifikan berkorelasi dengan gejala PSTD
pada 450 orang perempuan yang diteliti.
3. Menaikkan tekanan darah
Pelecehan
seksual meningkatkan tekanan darah. Sebuah penelitian tahun 2008
melibatkan sekitar 1.200 orang anggota serikat pekerja dari Boston yang
disurvei tentang pelecehan di tempat kerja dan diberikan ujian
kesehatan. Hasilnya, sekitar 23 persen pekerja perempuan melaporkan
setidaknya mengalami satu insiden pelecehan seksual.
Para
peneliti menemukan hubungan yang nyata antara pelecehan seksual dan
tekanan darah tinggi pada perempuan. Pelecehan seksual dapat memicu
reaksi fisiologis yang sama seperti stres dan diduga meningkatkan
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
4. Gangguan tidur
"Pelecehan
seksual diketahui berhubungan dengan gangguan tidur," kata Debra
Borys, psikolog yang membuka praktik pribadi di Westwood Village,
California. Menurutnya hal itu bisa disebabkan karena stres dan
kecemasan mempengaruhi kebiasaan tidur. Korban pelecehan terkadang
terbangun di malam hari merenungkan kejadian atau peristiwa yang dapat
menjadi sumber mimpi buruk.
5. Bunuh diri
Sebuah
penelitian di tahun 1997 terhadap lebih dari 1.000 orang siswi
sekolah di Kanada menunjukkan bahwa pelecehan seksual dapat menyebabkan
perilaku bunuh diri. Penelitian ini menemukan bahwa 23 persen siswi
pernah mengalami setidaknya satu peristiwa seksual yang tidak
diinginkan berupa disentuh, mendapat komentar dan ancaman seksual,
atau mengalami tindakan tak senonoh dalam enam bulan terakhir. Paling
banyak korban yang mengalami tindakan sentuhan seksual yang tidak
diinginkan. 15 persen di antaranya mengatakan bahwa mereka sering
berupaya melakukan tindakan bunuh diri dalam enam bulan terakhir.
6. Nyeri Leher
Menurut
sebuah penelitian di Kanada yang diterbitkan tahun ini dan melibatkan
hampir 4.000 orang perempuan, pelecehan seksual dapat menyebabkan
sakit fisik. Dalam penelitian tersebut, perempuan yang mengalami nyeri
leher 1,6 kali lebih mungkin melaporkan mengalami perhatian seksual
yang tidak diinginkan. Temuan ini menunjukkan bahwa mencegah pelecehan
seksual di tempat kerja dapat mengurangi gangguan otot dan tulang
pada karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar